Rasulullah SAW bersabda, “"Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih)
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh." Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Dalam hadis shalat mi’raj, Rasulullah saw. bersabda, “ …. Kemudian, aku menoleh ke kanan. Tiba – tiba aku mendapati barisan-barisan para malaikat, para nabi, dan para rasul Allah menyuruhku, “Hai Muhammad, berilah salam !” maka aku berucap “ Assalam ‘alaikum warahmatullah wa barakatuh” (salam sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian). Lalu Dia berfirman, “Ya Muhammad, Akulah as Salam, at Tahiyyah, dan ar Rahmah, sedangkan keberkahan adalah engkau dan keturunanmu. ….”
Posisi salam, merupakan penutup dari seluruh rangkaian perjalanan dalam shalat kita. Lakukan salam dengan menengok ke kanan dengan tujuan memberi salam kepada para malaikat dan hamba –hamba yang shaleh, seraya berkata, “Assalam ‘alaikum warahmatullah wa barakatuh” (salam sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian), kemudian menengok ke kiri dengan memberi salam dengan ucapan, “ Assalam ‘alaikum warahmatullah” (salam sejahtera serta rahmat atas kalian)
Dalam Sirr As Sholah, mengutip perkataan Imam Ja’far Ash Shadiq as. dalam Mishbah asy Syari’ah, dikatakan, “ Makna salam di akhir setiap shalat adalah aman. Artinya barangsiapa melaksanakan perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya saw. dengan hati yang khusuk, ia akan memperoleh aman dari bencana dunia dan bebas dari siksa akhirat. As Salam adalah salah satu nama Allah ta’ala yang dititipkan kepada makhluk-Nya agar mereka menggunakan maknanya dalam berbagai muamalah, amanat, hubungan, dan menegaskan persahabatan diantara mereka serta mengesahkan pergaulan mereka. Apabila engkau igin meletakkan salam pada tempatnya dan menunaikan maknanya, maka takutlah kepada Allah agar Dia menyelamatkan agama, hati, dan akalmu. Jangan mengotorinya dengan gelap maksiat. Hendaklah engkau memberi salam kepada para penjagamu. Jangan membuat mereka bosan dan jemu, dan jangan menjadikan mereka berlepas diri darimu dengan perlakuanmu yang buruk terhadap mereka, lalu terhadap temanmu, lalu musuhmu. Karena orang yang tidak memberi salam kepada dia yang paling dekat dengannya, tidak akan memberi salam terhadap dia yang paling jauh darinya. Dan barangsiapa yang tidak meletakkan salam pada tempat-tempatnya ini, maka tidak ada salam dan taslim, dan ia telah berdusta dalam salamnya walaupun ia menyebarkannya kepada makhluk”
Sebagaimana diketahui, shalat merupakan mi’rajul mukminin. Dalam shalat kita bisa berdialog, berkomunikasi dengan Allah Azza wa Jalla. Dalam shalatpun terdapat tangga – tangga perjalanan ruhani seseorang. Ketika shalat akan berakhir, maka “permohonan akan aman” dari segala “hijab” terhadap penyaksian Allah adalah hal yang sangat didambakan. Inilah makna “aman yang sebenarnya”. Bagi yang menghayati shalat secara utuh, maka tempat shalat yang sesungguhnya tidak hanya di dalam “masjid”, namun di seluruh hamparan bumi ini. Ketika kita bekerja, berhubungan dengan orang lain, ketika kita melakukan aktivitas keduniaan, dipandang sebagai aktivitas berjalan memenuhi undangan Allah dan senantiasa menegakkan jalan yang lurus. Semua makhluk, kejadian yang ada di muka bumi adalah hamparan bukti – bukti terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Adanya segala makhluk justru menjadi wasilah untuk lebih mengenal Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar