Kamis, Maret 06, 2008

Pemimpin Yang Dicintai Rakyatnya


Dada ini berdegup kencang ketika menyaksikan dengan lirih, seorang yang papa mengais sisa makanan dari pinggiran bak sampah sebuah mall. Hari demi hari, hatiku semakin miris melihat betapa anak bangsa sudah mulai menyemai busung lapar, kematian yang diingini karena tak sanggup lagi menahan beban hidup. Belum lagi bencana yang kini semakin akrab dengan bangsa kita, rakyat semakin akrab dengan area pengungsian. Anak-anak kita? Jangan ditanya tentang sekolahnya, jangan ditanya tentang rasa aman saat bermain.

Nun di kejauhan, nafasku menghela panjang, menatap perih riuh rendahnya para pemimpin memamerkan kekayaan di hadapan rakyatnya dengan rasa penuh jumawa. Tak terkira perih rasa hati ini ketika dua kejadian paradoks tersebut semakin membelunggu bangsa kita yang kian hari kian tak berkesudahan. Ada apa ini?

Para pemimpin, dengan bangganya, siiring sejumlah alibi dukungun yang menggunung dari massanya membenarkan setiap tindak perilakunya. Mengumpul banyak aset sebagai modal untuk persiapan pesta demokrasi berikutnya. Agar terpilih kembali. Agar dapat kembali membela rakyat. Agar kembali menjadi yang terdepan. Agar kembali menyengsarakan rakyat?

Sesungguhnya tugas kepemimpinan itu adalah amanah. Dipundak pemegang amanah itu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya oleh Sang Kholiq.

Ketika penantian rakyat sudah dirasa semakin lama, akanlah pesta demokrasi akan memulai babak baru dari episode kemiskinan atas bangsa kita. Pengangguran yang terus bertambah, rasa aman yang semakin susah didapat karena sejumlah orang berebut untuk bertahan hidup walaupun menciderai kawan bahkan saudaranya.

Kita tidak bisa diam. Kita tidak boleh hanya menghitung kepedihan yang semakin hari semakin bertambah di depan kita. Kita perlu segera bekerja kembali sembari terus menggedor kesadaran para pemimpin kita agar tak lupa pada tujuan mensejahterakan bangsa, lahir maupun bathin.

Sesungguhnya, kepemimpinan itu dipergilirkan. Kepada pemimpin yang terus mengkhianati amanah besar ini, ketahuilah bagi kami, cukuplah Allah sebagai penolong kita.

Harapan itu begitu nyata didepan kita. Kita masih mampu mendapatkannya. rakyat yang sejahtera dan pemimpin yang adil. Bi idznillah.

Kepada pemimpin yang aji mumpung mengumbar syahwat dunia, sudahilah episoda ini. Semoga Allah berkenan memilihkan untuk kita: pemimpin yang mencintai kita dan kita mencintainya. Karena kesahajaannya, karena ketawadluannya, karena empati yang besar kepada masyarakat bangsanya.

Tidak ada komentar:

Penciptaan Manusia

Penciptaan Manusia
Sesungguhnya Kami ciptakan Manusia dengan sebaik-baiknya bentuk