Sesungguhnya Manusia Itu diciptakan bersuku dan berbangsa agar saling mengenal. Demikian kira-kira bunyi firman Allah swt.
Perbedaan antara satu manusia dengan manusia lain adalah sebuah keniscayaan. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Saat perbagai individu yang berbeda itu berkumpul, akan muncul dinamisasi. Apabila kita mampu melihat pada perspektif yang positif, maka akan ada keinginan bagaimana menjadikannya sebuah harmoni yang akan memberi kebaikan bagi semua.
Itulah hakikat dunia. Namun, betapa banyak manusia yang terjebak pada pemaksaan kehendak yang tidak perlu, sepertinya menginginkan agar semua person di dunia seragam dalam mensikapi suatu kejadian.
Potensi yang demikian berharga atas tiap diri, senadainya dikelola secara baik maka akan menjadi sebuah kekuatan yang mampu memberikan kemaslahan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.
Kita tidak bisa menafikan bahwa, beragam latar belakang sejarah kehidupan seorang manusia akan sedikit banyak mempengaruhi perilaku dan sikap.
Tetapi, bukankah ada satu nilai yang disepakati secara alam bawah sadar oleh bersama bahwa pada dasarnya manusia mengingkan suatu kebahagiaan, menginginkan sebuah kemudahan atas pemenuhan asanya.
Mensinergikan perbedaan menjadi sebuah bangunan besar budaya adalah sebuah kebutuhan saat ini. Lantas, bagaimana kita bersikap?
Tenggang rasa dan Lapang dada atas semua perbedaan. Sambil senantiasa memelihara nilai-nilai kebaikan yang disepakati semua manusia. Cukup dengan itukah?
Tentu tidak. Ada suatu kemestian adanya untuk satu upaya, ketika mayoritas individu bersikap masa bodoh atau bertindak pada anti kemapanan. Apakah itu?
Berbagi dan Silaturahim. Menyampaikan ayat-ayat cinta dari Sang Pemilik Alam. Allah Robbul Izzati.
Perbedaan antara satu manusia dengan manusia lain adalah sebuah keniscayaan. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Saat perbagai individu yang berbeda itu berkumpul, akan muncul dinamisasi. Apabila kita mampu melihat pada perspektif yang positif, maka akan ada keinginan bagaimana menjadikannya sebuah harmoni yang akan memberi kebaikan bagi semua.
Itulah hakikat dunia. Namun, betapa banyak manusia yang terjebak pada pemaksaan kehendak yang tidak perlu, sepertinya menginginkan agar semua person di dunia seragam dalam mensikapi suatu kejadian.
Potensi yang demikian berharga atas tiap diri, senadainya dikelola secara baik maka akan menjadi sebuah kekuatan yang mampu memberikan kemaslahan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.
Kita tidak bisa menafikan bahwa, beragam latar belakang sejarah kehidupan seorang manusia akan sedikit banyak mempengaruhi perilaku dan sikap.
Tetapi, bukankah ada satu nilai yang disepakati secara alam bawah sadar oleh bersama bahwa pada dasarnya manusia mengingkan suatu kebahagiaan, menginginkan sebuah kemudahan atas pemenuhan asanya.
Mensinergikan perbedaan menjadi sebuah bangunan besar budaya adalah sebuah kebutuhan saat ini. Lantas, bagaimana kita bersikap?
Tenggang rasa dan Lapang dada atas semua perbedaan. Sambil senantiasa memelihara nilai-nilai kebaikan yang disepakati semua manusia. Cukup dengan itukah?
Tentu tidak. Ada suatu kemestian adanya untuk satu upaya, ketika mayoritas individu bersikap masa bodoh atau bertindak pada anti kemapanan. Apakah itu?
Berbagi dan Silaturahim. Menyampaikan ayat-ayat cinta dari Sang Pemilik Alam. Allah Robbul Izzati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar