Senin, Maret 03, 2008

Mencari Jati Diri


Berulang kali, kita dapati perilaku anak muda kita terjebak pada pola hidup hedonisme di sejumlah media di negeri kita. Serba Boleh. Apapun dilakukan demi untuk mendapatkan sebuah cita, walau kadang terlalu naif untuk dimengerti. Hanya untuk mendapat sebuah handphone seseorang gadis belia rela menggadaikan kehormatannya. Cuma sekedar untuk diterima sebagai kawan dalam pergaulan, remaja belasan tahun dengan mudah menjajakan ekstasi.

Yang Muda, sibuk dengan gaya hidup serba asyik serba mudah, menikmati syahwat dari satu pesta ke lain pesta. Yang Tua, sibuk dengan dunianya, pun dengan sejuta naluri hewani, sekitar perut dan -maaf antara dua kaki-, sikut kiri kanan untuk mendapatkan jabatan, tanpa peduli, untuk apa semuanya itu didapat.

Sementara, anak bangsa yang lain menjerit, kelaparan. Dua hari lalu diberitakan seorang ibu yang sedang hamil tua dengan empat anak anak, meninggal karena kelaparan. Sang anak bergumam, terbiasa bagi kami untuk tidak makan, kalaupun makan hanya dengan nasi, tanpa lauk. Duh Gusti.

Di sudut-sudut Jakarta, anak-anak belia usia sekolah berjejal di lampu merah, gerbong-gerbon KRL jabotabek menawarkan suara falsnya untuk menjumput rupiah demi sesuap nasi.

Para orang tua kita, masa bodoh dengan polah anak-anaknya yang lebih betah di pojok-pojok play stasiun dan warnet untuk memuaskan dahaga insting bermain atau sekedar mencari tahu apa itu 'permainan dewasa' yang sebenarnya.

Allhummaghfirlanaa.

Wahai Saudaraku, apa yang mesti kita perbuat. Apa yang talah, sedang dan akan kita berikan bagi mereka. Mereka butuh sesuatu yang selama ini tidak pernah mereka ketahui.

Sejatinya, kebahagiaan yang nyata adalah ketenangan dalam jiwa manusia. Menjadi seorang yang mampu mensinergikan kekayaan yang dimiliki, masa muda yang diamanahkan Allah swt untuk menjadi pribadi yang sholeh, tidak hanya untuk dirinya semata tapi untuk lingkungannya.
Tidak hanya sholih secara pribadi, akan tetapi enggan berderma untuk sesama, juga masa bodoh terdahap kefakiran dan kekufuran sekelilingnya.

Wahai sekalian Manusia, sesungguhnya Allah mencipakan untuk beribadah menyembah Allah sebagaimana Allah menciptakan makhluk sebelum kalian, agar kalian menjadi Taqwa. Firman Allah swt.

Mengenal diri, adalah sutu kemestian. Belajar mengenal diri akan mendorong kita untuk kembali mengevaluasi periode waktu yang sudah kita lewati. Akan kita apakan sisa waktu kita, menjadikannya lebih bermanfaat bagi sesama atau egp-emang gue pikirin.

Masya Allah, Laa Haula Wa laa Quwwata illa billah...

1 komentar:

Air Setitik Team mengatakan...

Please visit our blog at http://airsetitik.tk

Regards-Airsetitik

Penciptaan Manusia

Penciptaan Manusia
Sesungguhnya Kami ciptakan Manusia dengan sebaik-baiknya bentuk